BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia
hanya merupakan produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang berorientasi
dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin mengaktualisasikan diri
dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha yang sudah amat sukses dan kaya,
tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai orang yang hidup mewah, dan ada juga
orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya, namun berpenampilan begitu
glamor dengan pakaian dan perhiasan yang amat mencolok.
Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing
individu. Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan
yang bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan seorang pengusaha, tidak peduli
betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan hanya menggariskan
bahwa seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha yang tidak sombong
pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang
menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata
wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial,
golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke
20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai
salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui,
umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik.
Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur
panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme,
priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya
adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri
(kontras dengan status leluhur yang petani).
Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan
bangsa dan negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara
serius. Oleh sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan berbagai
penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah angkatan kerja
yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil
dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa
datang. Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-pemain
utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai negara
berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan.
Dengan masyarakat yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung
feodalis, bangsa Indonesia tampak kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode
transisi dari alam birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan
kewirausahaan menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi yang
amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude), motivasi, etos kerja
serta kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa dan negara.
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
A. Kewirausahaan
Sosok kewirausahaan yang ideal dituntut mempunyai
nilai-nilai kearah kualitas manusia yang semapan mungkin, dalam artian sangat
memperhatikan struktur prioritas kewirausahaan yang terdiri dari empat lapisan
yaitu :
1. Sikap Mental
Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu
dijamin untuk selalu dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang
menjadi sosok yang tinggi budi ataukah sebaliknya menjadi orang yang jahat dan
culas. Orang baik budi merupakan kader pembangunan bangsa, sedangkan orang
jahat akan menjadi beban masyarakat dari bangsa itu sendiri.
Tentu kita tidak ingin melihat bahwa banyak kejahatan dan
keculasan merajalela di negeri ini. Itu sebabnya pembinaan sikap mental menjadi
unsur penting dalam dunia kewirausahaan sekaligus dalam kehidupan. Selain
menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, sikap
mental mencakup juga segi-segi positif dalam motivasi dan proaktivitas.
Saran-saran berikut akan membantu wirausahawan untuk mengembangkan sikap mental
yang baik :
Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana
menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya. Tunjukan sikap
mental yang positif terhadap pekerjaan wirausahawan, karena sikap inilah yang
akan ikut menentukan keberhasilan wirausahawan.
Otak wirausahawan merupakan alat yang berdaya luar biasa.
Menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk renungan pikiran wirausahawan
yang akan memungkinkan wirausahawan terarah pada kegiatan-kegiatan yang
berarti.
Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada
problem-problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakanlah imajinasi
wirausahawan untuk meluaskan pikiran-pikiran wirausahawan dan cobalah berpikir
yang besar-besar. Orang-orang yang dapat melihat gambaran besar adalah orang
yang bersifat wirausaha dan merupakan calon-calon pemimpin bisnis maupun
masyarakat.
Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat.
Terlalu serius dapat merugikan pekerjaan wirausahawan dan tidak sehat.
Menunjukan rasa humor berpengaruh terhadap orang lain dengan jalan menyebarkan
optimisme dan suasana yang santai. Pemikiran yang di lakukan wirausahawan
ini harus terorganisasi dengan baik ,
karena sebagai pacuan focus terhadap satu permasalahan yang terjadi pada
perusahaannya. Dengan memindahkan satu problem ke yang lain dengan minim.
2. Kepemimpinan.
2. Kepemimpinan.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah
“perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”.
Berusaha membangkitkan suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut
mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.
Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah
yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya
sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering
dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha. Mereka “tampil
beda”.
Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang
Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah
terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan
mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang.
a. Perilaku Pemimpin
a. Perilaku Pemimpin
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran,
merencanakan dan mencapai sasaran. Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan
membina hubungan manusiawi. Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi
demikian cenderung menunjukan perilaku :
-
Merumuskan secara jelas peranannya sendiri
maupun peranan stafnya.
-
Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat
dicapai.
-
Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam
merencanakan, mengarahkan, membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang
berorientasi pada tujuan.
Berminat mencapai peningkatkan produktivitas. Orientasi
Orang Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan menunjukan
perilaku sebagai berikut :
-
Menunjukan perhatian atas terpeliharanya
keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul.
-
Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia
dan bukan sebagai alat produksi saja.
-
Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan,
tujuan-tujuan dan keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
-
Mendirikan komunikasi timbal balik dengan staf.
-
Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk
meningkatkan prestasi karyawan.
-
Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab,
serta mendorong inisiatif.
-
Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus
kerja dalam organisasi.
b. Tindakan Kepemimpinan
Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan
meningkatkan kemampuan kepemimpinan wirausahawan :
Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil
tindakan secepat mungkin Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan
melalui bakat dan kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin
yang baik, wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan
kemampuan ini dari orang-orang yang mampu disekitar wirausahawan dan menyokong
serta percaya pada wirausahawan sebagai pemimpin.
3. Ketrampilan
Lapisan terluar dari struktur prioritas keWirausahaan adalah
ketrampilan. Banyak pihak berpendapat, bahwa dengan berbekal penguasaan
ketrampilan, seseorang akan bisa diharapkan menjadi seorang entrepreneur yang
berhasil. Pendapat ini sebenarnya tidaklah terlalu salah, kalau dilihat banyak
contoh yang membuktikan, misalnya seorang penjahit dengan ketrampilan yang
dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah perusahaan pakaian jadi yang cukup
besar. Namun ikatan yang terjadi bukan hanya sekedar terampil yang memiliki
kreatif , namun sikap ke pemimpinannya lah yang dapat membawa kesuksesan apa
yang di capai dalam wirausahawan.
BAB III
ANALISA
ANALISA
MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN
1. Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini
Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun
2007, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah
mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih
tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha
kecil. Meskipun demikian, pengembangan usaha kecil juga mengalami berbagai
permasalahan seperti : [1] kesulitan mendapatkan modal yang cukup, [2]
kekurangan pengetahan di bidang agribisnis, [3] kelemahan dalam pengelolaan atau
manajemen usaha, [4] kekurangan dalam perencanaan usaha, [5] kekurangan dalam
pengalaman berusaha, [6] kekurangan pengetahuaan dan ketrampilan teknis bidang
usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, titik berat persoalan usaha kecil
adalah sedikitnya pengusaha kecil yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer: 2001)
Kewirausahaan adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika
dikatakan pengembangan kewirausahaan agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan
adalah kemampuan dalam melihat atau menilai kesempatan di peluang bisnis serta
kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan yang beresiko
tinggi. Mungkin lebih tepat apabila dikatakan pengembangan agribisnis usaha
kecil.
Bagi agribisnis yakni seperti petani dan usaha usaha kecil
yang di pasarkan atau di perjualkan produk produk yang dapat mempengaruhi
secara sendiri sendiri, maka ia harus meng agribisnis kan agar tercapai
seluruhnya. Tindakan tersebut akan tertarik pula untuk menanam produk yang
sama, sehingga pada akhirnya persediaan produk berlebih serta harga dan pasar
akan turun.
2. Peluang Usaha
Kecil yang sedang dikembangkan.
Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara
agraris dan maritim serta menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi daerah,
liberalisasi perdagangan, perubahan pasar internasional lainnya. Pemerintah
sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing
(Competiveness), berkerakyaratan (People-Driven), berkelanjutan (Sustainable)
dan terdesentralistis (Decentralized).
Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis
merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu
(upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana
produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani
(on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan
sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian
primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir
(down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas
pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate
product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa penunjang
yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.
Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi
kedalam 4 sub-sistem yang terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Upstream Agribusiness
Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan industri yang
menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu industri pembenihan atau
pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia (Agro-otomotif) seperti
pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri alat dan mesin pertanian.
2. Onfarm agribusiness
Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan kegiatan
budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usaha tani tanaman
pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan) usaha
perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan.
3. Downstream agribusiness
Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan
industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan
seperti makanan dan minuman, industri pakan ternak, industri barang-barang
serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.
4. Services for Agribusiness
Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas
Perkreditan, transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan
ekonomi.
3. Kondisi Kepemimpinan Usaha Kecil
a. Mencari Pemimpin Yang Baik.
a. Mencari Pemimpin Yang Baik.
Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang
pemimpin yang sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai,
gaya dan aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin
yang sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang sukses karena
mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat, dan
berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang tinggi.
Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada para pegawainya untuk
membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu menciptakan jenis budaya
kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan. Pendeknya, untuk menjadi
pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang kuat dan integritas yang
tinggi.
b. Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini
Kepemimpinan sebenarnya sangat bersangkut erat terhadap
karakter seseorang, jika seseorang berbudi halus maka ia cenderung memimpin
dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi kebanyakan bisnis kecil
yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu
sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga
dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas.
c. Penerapan Teori Kebutuhan Maslow Dalam Bisnis Kecil
Penerapan Teori Kebutuhan Maslow dalam menumbuhkan dukungan
yang kuat para anggota perusahaan yang bersaing dalam: inovasi” dan
“peningkatan kualitas” sehingga terjadi peningkatan kinerja dan keuntungan
perusahaan. Motivasi merupakan proses interaksi antara kebutuhan (need),
dorongan (drive), dan tujuan (goals)
Mengapa dua produk yang sama, dijual oleh dua perusahaan
yang berbeda, memberikan hasil yang berbeda ? Suatu perusahaan membuat produk
yang dapat dijual, bukan menjual produk yang dapat dibuat, karena itu
perusahaan perlu mengenali pelanggan dan mengidentifikasi kebutuhannya. Dengan
demikian perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu kegagalan
dari produk baru, biasanya adalah karena mereka salah mengenali kebutuhan
konsumen. Perusahaan mengharapkan konsumennya menjadi pelanggan, sehingga ada
kontinuitas pembelian.
Kunci keberhasilan dalam menjalankan usaha keci ini yakni
melihat dari segi Perusahaan untuk mencapai tujuan yaitu membangun loyalitas
pelanggan dalam arti luas dapat dijabarkan bahwa: pelanggan bukan semata-mata
hanya orang yang membutuhkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tetapi jauh
lebih luas, dalam Total Quality Management dijelaskan yang termasuk pelanggan
adalah: Konsumen, Pekerja, dan pemilik. Kelemahan mendasar pada bisnis kecil
adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan
pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum
regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya
sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang
tidak bertahan lama.
BAB IV
PENUTUP
PENUTUP
B.
Kesimpulan
Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini Selama
krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 2007, ector agribisnis
termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer
perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha
agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil.
B. Saran
Motivasi Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada
pertengahan tahun 1997, ector agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil
secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini
terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha
menengah dan usaha kecil. Jika ini yang terjadi haruslah ada intervensi
pemerintah sebagai regulasi dalam memotivasi bertumbuhnya wira-wira usaha baru
sehingga perekonomian nasional dapat segera bangkit.
Daftar Pustaka
3.
Kewirausahaan dan Manajemen Usaha kecil Edisi ke-5 ,Penulis : Zimmerer, Scarborough
4.
TEOLOGI KEWIRAUSAHAAN ; Made Gunarakswati Mastra-ten Veen
0 komentar:
Posting Komentar