Sabtu, 30 November 2013

Kewirausahawan yang menuju pada prosedur agribisnis

BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam kewirausahaan, kekayaan menjadi relatif sifatnya. Ia hanya merupakan produk bawaan (by-product) dari sebuah usaha yang berorientasi dari sebuah prestasi. Prestasi kerja manusia yang ingin mengaktualisasikan diri dalam suatu kehidupan mandiri. Ada pengusaha yang sudah amat sukses dan kaya, tapi tidak pernah menampilkan diri sebagai orang yang hidup mewah, dan ada juga orang yang sebenarnya belum bisa dikatakan kaya, namun berpenampilan begitu glamor dengan pakaian dan perhiasan yang amat mencolok.
Maka soal kekayaan akhirnya terpulang pada masing-masing individu. Keadaan kaya miskin, sukses gagal, naik dan jatuh merupakan keadaan yang bisa terjadi kapan saja dalam kehidupan seorang pengusaha, tidak peduli betapapun piawainya ia. Ilmu kewirausahaan hanya menggariskan bahwa seorang Wirausahawan yang baik adalah sosok pengusaha yang tidak sombong pada saat jaya, dan tidak berputus asa saat jatuh.
Tidak ada satu suku katapun dari kata “Wirausaha” yang menunjukkan arti kearah pengejaran uang dan harta benda, tidak pula kata wirausaha itu menunjuk pada salah satu strata, kasta, tingkatan sosial, golongan ataupun kelompok elite tertentu. Di Indonesia, di penghujung abad ke 20 ini kewirausahaan boleh dikata baru saja diterima oleh masyarakat sebagai salah satu alternatif dalam meniti karier dan penghidupan. Seperti diketahui, umumnya rakyat Indonesia mempunyai latar belakang pekerja pertanian yang baik. Dengan hidup dialam penjajahan hampir 3,5 abad lamanya, nyaris tidak ada figur panutan dalam dunia kewirausahaan. Yang ada hanya pola pemikiran feodalisme, priyayiisme, serta elitisme yang satu diantaranya sekian banyak ciri-cirinya adalah mengagungkan status sosial sebagai pegawai, terutama pegawai negeri (kontras dengan status leluhur yang petani).
Pada era orde baru, pemerintah sadar bahwa untuk memajukan bangsa dan negara, peran serta masyarakat swasta harus dilibatkan secara serius. Oleh sebab itu keWirausahaan mulai dikampanyekan, dengan berbagai penekanan bahwa lowongan kerja tidak akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang dari tahun ke tahun semakin membengkak. Lebih jauh para pengusaha kecil dibina dengan harapan bisa berkembang menjadi tonggak tumpuan ekonomi di masa datang. Pengusaha besar diberi kemudahan, karena merekalah kini pemain-pemain utama yang mendukung tugas pemerintah di sektor ekonomi. Sebagai negara berkembang bisa dimengerti kalau terjadi berbagai ekses dan penyimpangan. Dengan masyarakat yang berlatar belakang non entrepreneur serta cendrung feodalis, bangsa Indonesia tampak kurang siap di berbagai aspek. Dalam periode transisi dari alam birokrasi ke iklim bisnis yang serba cepat, pacuan kewirausahaan menyebakan para pengusaha Indonesia kedodoran pada segi-segi yang amat penting, diantaranya faktor sikap mental (attitude), motivasi, etos kerja serta kesadaran tentang pengabdian kepada bangsa dan negara.



BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kewirausahaan
Sosok kewirausahaan yang ideal dituntut mempunyai nilai-nilai kearah kualitas manusia yang semapan mungkin, dalam artian sangat memperhatikan struktur prioritas kewirausahaan yang terdiri dari empat lapisan yaitu :
1. Sikap Mental
Sikap mental merupakan elemen paling dasar yang perlu dijamin untuk selalu dalam keadaan baik. Unsur ini yang menentukan apakah orang menjadi sosok yang tinggi budi ataukah sebaliknya menjadi orang yang jahat dan culas. Orang baik budi merupakan kader pembangunan bangsa, sedangkan orang jahat akan menjadi beban masyarakat dari bangsa itu sendiri.
Tentu kita tidak ingin melihat bahwa banyak kejahatan dan keculasan merajalela di negeri ini. Itu sebabnya pembinaan sikap mental menjadi unsur penting dalam dunia kewirausahaan sekaligus dalam kehidupan. Selain menghadirkan sifat-sifat baik alamiah seperti kejujuran dan ketulusan, sikap mental mencakup juga segi-segi positif dalam motivasi dan proaktivitas. Saran-saran berikut akan membantu wirausahawan untuk mengembangkan sikap mental yang baik :
Para wirausaha adalah orang-orang yang mengetahui bagaimana menemukan kepuasan dalam pekerjaan dan bangga akan prestasinya. Tunjukan sikap mental yang positif terhadap pekerjaan wirausahawan, karena sikap inilah yang akan ikut menentukan keberhasilan wirausahawan.
Otak wirausahawan merupakan alat yang berdaya luar biasa. Menyediakan waktu beberapa saat setiap hari untuk renungan pikiran wirausahawan yang akan memungkinkan wirausahawan terarah pada kegiatan-kegiatan yang berarti.
Kebanyakan orang membatasi pikiran-pikirannya pada problem-problem dan kegiatan-kegiatan sehari-hari. Gunakanlah imajinasi wirausahawan untuk meluaskan pikiran-pikiran wirausahawan dan cobalah berpikir yang besar-besar. Orang-orang yang dapat melihat gambaran besar adalah orang yang bersifat wirausaha dan merupakan calon-calon pemimpin bisnis maupun masyarakat.
Rasa humor ikut mengembangkan sikap mental yang sehat. Terlalu serius dapat merugikan pekerjaan wirausahawan dan tidak sehat. Menunjukan rasa humor berpengaruh terhadap orang lain dengan jalan menyebarkan optimisme dan suasana yang santai. Pemikiran yang di lakukan wirausahawan ini  harus terorganisasi dengan baik , karena sebagai pacuan focus terhadap satu permasalahan yang terjadi pada perusahaannya. Dengan memindahkan satu problem ke yang lain dengan minim.
2. Kepemimpinan.
Suatu pedoman bagi kepemimpinan yang baik adalah “perlakukanlah orang-orang lain sebagaimana wirausahawan ingin diperlakukan”. Berusaha membangkitkan suatu keadaan dari sudut pandangan orang lain akan ikut mengembangkan sebuah sikap tepo seliro.
Pengusaha yang berpeluang untuk maju secara mantap adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat menonjol. Ciri-ciri mereka biasanya sangat menonjol, dan sangat khas. Dimana keputusan dan sepak terjangnya sering dianggap tidak lazim dan lain dari pada umumnya pengusaha. Mereka “tampil beda”.
Salah satu contoh : adalah Kim Woo Chong, seorang Wirausahawan terkemuka di Korea, pendiri kelompok Daewoo. Kim tidak pernah terpengaruh oleh sepak terjang pengusaha-pengusaha lain dan ikut-ikutan mengejar trend bisnis yang ramai-ramai dilakukan orang.
a. Perilaku Pemimpin
Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama :
Berorientasi pada tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran. Berorientasi pada orang, yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi. Orientasi Tugas Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung menunjukan perilaku :
-          Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun peranan stafnya.
-          Menentukan tujuan-tujuan yang sukar tapi dapat dicapai.
-          Melaksanakan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan, mengarahkan, membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada tujuan.
Berminat mencapai peningkatkan produktivitas. Orientasi Orang Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung akan menunjukan perilaku sebagai berikut :
-          Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul.
-          Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai alat produksi saja.
-          Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan, tujuan-tujuan dan keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.
-          Mendirikan komunikasi timbal balik dengan staf.
-          Menerapkan prinsip penekanan ulang untuk meningkatkan prestasi karyawan.
-          Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.
-          Menciptakan suatu suasana kerjasama dan gugus kerja dalam organisasi.
b. Tindakan Kepemimpinan
Saran-saran berikut akan dapat membantu wirausahawan meningkatkan kemampuan kepemimpinan wirausahawan :
Sekali wirausahawan telah mengambil keputusan, ambil tindakan secepat mungkin Upaya-upaya wirausahawan dapat dilipat gandakan melalui bakat dan kemampuan staf wirausahawan. Untuk menjadi seorang pemimpin yang baik, wirausahawan harus mengetahui bagaimana dan kapan menggunakan kemampuan ini dari orang-orang yang mampu disekitar wirausahawan dan menyokong serta percaya pada wirausahawan sebagai pemimpin.
3. Ketrampilan
Lapisan terluar dari struktur prioritas keWirausahaan adalah ketrampilan. Banyak pihak berpendapat, bahwa dengan berbekal penguasaan ketrampilan, seseorang akan bisa diharapkan menjadi seorang entrepreneur yang berhasil. Pendapat ini sebenarnya tidaklah terlalu salah, kalau dilihat banyak contoh yang membuktikan, misalnya seorang penjahit dengan ketrampilan yang dimiliki akhirnya bisa memiliki sebuah perusahaan pakaian jadi yang cukup besar. Namun ikatan yang terjadi bukan hanya sekedar terampil yang memiliki kreatif , namun sikap ke pemimpinannya lah yang dapat membawa kesuksesan apa yang di capai dalam wirausahawan.



BAB III
ANALISA

MANAJEMEN KEWIRAUSAHAAN

1. Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini
Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 2007, sektor agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil. Meskipun demikian, pengembangan usaha kecil juga mengalami berbagai permasalahan seperti : [1] kesulitan mendapatkan modal yang cukup, [2] kekurangan pengetahan di bidang agribisnis, [3] kelemahan dalam pengelolaan atau manajemen usaha, [4] kekurangan dalam perencanaan usaha, [5] kekurangan dalam pengalaman berusaha, [6] kekurangan pengetahuaan dan ketrampilan teknis bidang usaha yang dilakukan. Dengan kata lain, titik berat persoalan usaha kecil adalah sedikitnya pengusaha kecil yang memiliki jiwa wirausaha. (Noer: 2001)
Kewirausahaan adalah jiwa, sehingga kurang tepat jika dikatakan pengembangan kewirausahaan agribisnis dan usaha kecil. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam melihat atau menilai kesempatan di peluang bisnis serta kemampuan mengoptimalkan sumberdaya dan mengambil tindakan yang beresiko tinggi. Mungkin lebih tepat apabila dikatakan pengembangan agribisnis usaha kecil.
Bagi agribisnis yakni seperti petani dan usaha usaha kecil yang di pasarkan atau di perjualkan produk produk yang dapat mempengaruhi secara sendiri sendiri, maka ia harus meng agribisnis kan agar tercapai seluruhnya. Tindakan tersebut akan tertarik pula untuk menanam produk yang sama, sehingga pada akhirnya persediaan produk berlebih serta harga dan pasar akan turun.
2.  Peluang Usaha Kecil yang sedang dikembangkan.
Untuk mendayagunakan keunggulan Indonesia sebagai negara agraris dan maritim serta menghadapi tantangan kedepan seperti otonomi daerah, liberalisasi perdagangan, perubahan pasar internasional lainnya. Pemerintah sedang mempromosikan pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing (Competiveness), berkerakyaratan (People-Driven), berkelanjutan (Sustainable) dan terdesentralistis (Decentralized).
Pembangunan pertanian dalam kerangka system agribisnis merupakan suatu rangkaian dan keterkaitan dari : (1) Sub agribisnis hulu (upstream agribusiness) yaitu seluruh kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi bagi pertanian primer (usahatani); (2) Sub agribisnis usahatani (on-farm agribusiness) atau pertanian primer, yaitu kegiatan yang menggunakan sara produksi dan sub agribisnis hulu untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Sub ini di Indonesia disebut pertanian; (3) Sub agribisnis hilir (down-stream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik bentuk produk antara (intermediate product) maupun bentuk produk akhir (finished product); dan (4) Sub jasa penunjang yaitu kegiatan yang menyediakan jasa bagi ketiga sub agribisnis di atas.
Sedangkan Strategi Sistem Agribisnis diatas harus bersinergi kedalam 4 sub-sistem yang terjabarkan sebagai berikut: Keterkaitan 4 sub Sistem dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Upstream Agribusiness
Sub sistem agribisnis hulu berupa pengembangan industri yang menghasilkan barang modal bagi pertanian, yaitu industri pembenihan atau pembibitan, tanaman, ternak ikan industri agro kimia (Agro-otomotif) seperti pupuk, pestisida, obat, vaksin ternak/ikan, sindustri alat dan mesin pertanian.
2. Onfarm agribusiness
Sub sistem pertanian primer berupa pengembangan kegiatan budidaya yang menghasilkan komoditi pertanian primer (usaha tani tanaman pangan, usahatani hortikultura, usahatani tanaman obat-obatan) usaha perkebunan, usaha peternakan, usaha perikanan, dan usaha kehutanan.
3. Downstream agribusiness
Sub sistem Agribisnis Hilir berupa pengembangan industri-industri yang mengolah komoditi pertanian primer menjadi olahan seperti makanan dan minuman, industri pakan ternak, industri barang-barang serat alam, industri farmasi, industri bio-energi dan lain-lain.
4. Services for Agribusiness
Sub Sistem penyedia jasa Agribisnis berupa fasilitas Perkreditan, transportasi, pergudangan, Litbang, Pendidikan SDM dan kebijakan ekonomi.
3. Kondisi Kepemimpinan Usaha Kecil
a. Mencari Pemimpin Yang Baik.
Usaha mencari perpaduan terbaik untuk menjadi seorang pemimpin yang sukses tidaklah mudah. Dan, usaha untuk bisa menemukan nilai, gaya dan aktivitas atau apa pun yang relevan untuk disebut sebagai pemimpin yang sukses merupakan proses yang panjang. Ada pemimpin yang sukses karena mampu bertindak sebagai seorang pengarah tugas, pendorong yang kuat, dan berorientasi pada hasil sehingga mendapatkan nilai kepemimpinan yang tinggi. Ada pemimpin yang sukses karena mampu memberi wewenang kepada para pegawainya untuk membuat keputusan dan bebas memberikan saran, mampu menciptakan jenis budaya kerja yang mendorong serta menunjang pertumbuhan. Pendeknya, untuk menjadi pemimpin yang sukses haruslah memiliki dorongan yang kuat dan integritas yang tinggi.



b. Kondisi Kepemimpinan Bisnis Kecil saat ini
Kepemimpinan sebenarnya sangat bersangkut erat terhadap karakter seseorang, jika seseorang berbudi halus maka ia cenderung memimpin dengan gaya dan type yang halus pula. Melihat kondisi kebanyakan bisnis kecil yang ada di Indonesia, Pemimpin: Manajer, Direktur biasanya juga pemilik itu sendiri, bagian-bagian vital perusahaan cenderung dijabat oleh anggota keluarga dekat, sehingga kekuasan pemimpin pada bisnis kecil tak terbatas.
c. Penerapan Teori Kebutuhan Maslow Dalam Bisnis Kecil
Penerapan Teori Kebutuhan Maslow dalam menumbuhkan dukungan yang kuat para anggota perusahaan yang bersaing dalam: inovasi” dan “peningkatan kualitas” sehingga terjadi peningkatan kinerja dan keuntungan perusahaan. Motivasi merupakan proses interaksi antara kebutuhan (need), dorongan (drive), dan tujuan (goals)
Mengapa dua produk yang sama, dijual oleh dua perusahaan yang berbeda, memberikan hasil yang berbeda ? Suatu perusahaan membuat produk yang dapat dijual, bukan menjual produk yang dapat dibuat, karena itu perusahaan perlu mengenali pelanggan dan mengidentifikasi kebutuhannya. Dengan demikian perusahaan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Salah satu kegagalan dari produk baru, biasanya adalah karena mereka salah mengenali kebutuhan konsumen. Perusahaan mengharapkan konsumennya menjadi pelanggan, sehingga ada kontinuitas pembelian.
Kunci keberhasilan dalam menjalankan usaha keci ini yakni melihat dari segi Perusahaan untuk mencapai tujuan yaitu membangun loyalitas pelanggan dalam arti luas dapat dijabarkan bahwa: pelanggan bukan semata-mata hanya orang yang membutuhkan produk yang dihasilkan oleh perusahaan tetapi jauh lebih luas, dalam Total Quality Management dijelaskan yang termasuk pelanggan adalah: Konsumen, Pekerja, dan pemilik. Kelemahan mendasar pada bisnis kecil adalah mengabaikan arti dan makna motivasi ini, pemilik biasanya hanya memperhatikan pada tingkat kebutuhan dasar, belum lagi, pemerintah telah mematok upah minimum regional misalnya, justru ini akan menjadi acuan untuk menggaji karyawannya sebatas atau sebesar UMR itu sendiri. Pada akhirnya banyak bisnis kecil yang tidak bertahan lama.
BAB IV
PENUTUP

B.      Kesimpulan
Kondisi Nyata Usaha Kecil dan Menengah saat ini Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 2007, ector agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil.

B. Saran
Motivasi Pemerintah Selama krisis ekonomi yang berawal pada pertengahan tahun 1997, ector agribisnis termasuk didalamnya bisnis kecil secara nyata telah mampu menjadi stabilizer perekonomian di Indonesia. Hal ini terbukti masih tetapnya usaha-usaha agribisnis berproduksi, terutama usaha menengah dan usaha kecil. Jika ini yang terjadi haruslah ada intervensi pemerintah sebagai regulasi dalam memotivasi bertumbuhnya wira-wira usaha baru sehingga perekonomian nasional dapat segera bangkit.
Daftar Pustaka
3.     Kewirausahaan dan Manajemen Usaha kecil Edisi ke-5 ,Penulis : Zimmerer, Scarborough 

4.     TEOLOGI KEWIRAUSAHAAN ;  Made Gunarakswati Mastra-ten Veen

0 komentar:

Posting Komentar

my studies © 2008 Template by:
SkinCorner